ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN PRE DAN POST OPERASI TURP BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH) DI RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

DEWI, MARETA IRFIANA (2017) ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN PRE DAN POST OPERASI TURP BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH) DI RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017. D3 thesis, Universitas Harapan Bangsa.

[thumbnail of AWAL.pdf] Text
AWAL.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (936kB)
[thumbnail of 2.BAB I.pdf] Text
2.BAB I.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (149kB)
[thumbnail of 8.DAFTAR PUSTAKA.pdf] Text
8.DAFTAR PUSTAKA.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (93kB)

Abstract

Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan masalah umum yang mempengaruhi kualitas hidup di sekitar sepertiga dari pria yang lebih tua dari 50 tahun. Hakekatnya menjadi tua itu merupakan proses alamiah yang pasti akan dialami semua orang dan tidak bisa dihindari, pada usia lanjut tersebut akan mengalami kemunduran atau penurunan fungsi organ tubuh sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hormon pria, terutama testosterone. Hormon testosteron dalam kelenjar prostat akan diubah menjadi Dihidrotestosteron (DHT). Dihidrotestosteron (DHT) inilah yang kemudian secara kronis merangsang kelenjar prostat sehingga membesar yang disebut BPH (Deters, 2013).Dihidrotestosteron (DHT) yang berfungsi mengatur pertumbuhan dan kematian sel, sangat mempengaruhi terjadinya pembesaran kelenjar prostat, sementara itu, kinerja dari DHT ini sendiri dapat dipengaruhi oleh kadar cholesterol yang berlebih didalam darah (Walsh et al.,2011).
Benign Prostate Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran jinak prostat pada pria dewasa. Perubahan volume prostat bervariasi dan umumnya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Gejala pada penderita BPH terdiri dari gejala obstruksi dan iritatif (Purnomo, 2007).Gejala hiperplasia prostat jinak dapat terkait dengan komponen obstruktif dari prostat atau respon sekunder dari kandung kemih terhadap resistensi saluran kemih (komponen iritatif). Gejala obstruktif disebabkan oleh karena detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus, sedangkan gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesika sehingga vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh(Pondei,et al., 2012). Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan struktur buli maupun ginjal, sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran kemih bagian atas maupun bawah (Walsh et al., 2011).

Item Type: Thesis (D3)
Uncontrolled Keywords: Asuhan Keperawatan, Benign Prostate Hyperplasia (BPH),
Subjects: Kesehatan > Keperawatan
Divisions: Fakultas Kesehatan > D3 Keperawatan
Depositing User: Salman Al Farizi
Date Deposited: 26 Oct 2021 04:02
Last Modified: 24 Sep 2022 03:36
URI: http://eprints.uhb.ac.id/id/eprint/1140

Actions (login required)

View Item
View Item